Pengikut

24 April, 2009

LITANI IRONI KEHIDUPAN (2)

PENGORBANAN....
Mentalitas pamrih dengan segala bentuknya,
bukan lagi menjadi sebuah rahasia umum
di tengah kehidupan kita.
Istilah "tidak ada yang gratis" dalam hidup ini,
mungkin sudah menjadi sebuah budaya
yang mengkristal dalam spirit hidup banyak orang.
Semua serba ada embel-embelnya,
bahkan sebuah bantuan dan pertolongan pun
menjadi mahal harganya dalam kalkulasi angka.
Oleh karena itu,
prinsip "Tak ada yang Gratis" dalam hidup ini,
semakin mempersempit ruang tempat bagi spirit
kerelaan untuk berkorban demi sebuah "Nilai hidup".

Saat ini, semakin banyak orang berpendapat bahwa
Sikap pengorbanan itu baru dianggap perlu,
bila ada keuntungan yang bisa diraih,
apapun bentuknya. Bila itu tidak ada,
maka tak perlu sebuah pengorbanan itu
karena itu tindakan Irasional.
Yang lebih memprihatinkan lagi adalah :
prinsip ini kemudian mewarnai hampir
di setiap sisi kehidupan manusia,
mulai dari urusan rumah tangga,
hubungan suami-istri dan anak,
urusan cinta dan perasaan,
bahkan sampai pertalian dan hubungan saudara,
semuanya sering didasarkan pada sebuah
mekanisme untung dan rugi.
Berkorban demi itu semua...?
Itu tidak perlu dipertanyakan...!!

Iklim kehidupan kita saat ini,
memang seakan tidak lagi memberi peluang
untuk munculnya spirit yang mengutamakan
semangat Heroisme untuk bersedia berkorban.
Sebaliknya, banyak orang lebih menghayati
untuk selalu terhindar dari situasi itu.
Bahkan lebih daripada itu,
bagi banyak orang di jaman sekarang ini,
sebuah Pengorbanan, apapun bentuknya,
dan apapun motivasi serta tujuannya,
semua itu sering dianggap sebagai sebuah
"Kebodohan"
dan bukti dari "Ketidakberdayaan"
seseorang di dalam menghadapi situasi hidup.
Ironis sekali....


KESETIAAN....
Apapun maknanya,
terminologi Kesetiaan, kini menjadi sebuah
tantangan besar bagi kehidupan kita dimasa kini.

Dunia manusia yang condong untuk tidak
peduli dengan sebuah komitment,
telah menjadikan makna kata yang satu ini
menjadi serba relatif ditafsirkan. Bahkan tidak
jarang ditempelkan dengan berbagai kondisi persyaratan,
yang intinya bersarang pada sebuah keraguan.

Sepasang sejoli yang tengah memadu kasih,
Suami-istri yang membina hidup bersama,
Persahabatan dan pertemanan yang dijalin,
Karyawan yang bekerja di sebuah perusahaan,
Kemitraan kerja yang dibangun bersama,
Pemimpin yang menebarkan janji,
Adalah wahana-wahana dimana Kesetiaan
begitu ringkih dan rapuh untuk bisa dipertahankan.

Semaraknya berbagai kasus "Pengkhianatan" :
Janji-janji yang tak pernah ditepati,
pengingkaran dan penyangkalan atas perkataan,
Kebohongan yang berkolaborasi dengan kemunafikan,
Cinta yang direduksi dalam eksplorasi nafsu dan naluri,
semua ini adalah sebagian dari kenyataan
betapa bibit-bibit ketidaksetiaan begitu subur
dalam kecenderungan hidup manusia,
dengan bentuk dan modusnya yang beraneka ragam.
Dan ini semua telah semakin menenggelamkan
makna dan nilai dari sebuah "Kesetiaan".
Tak heran bila kemudian banyak reaksi yang
sedikit Apatis bahkan Sinis terhadap sebuah Komitment
dan ini merupakan respon akumulatif dari sebuah
keraguan bahwa "Kesetiaan" itu masih ada.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar