Pengikut

24 April, 2009

LITANI IRONI KEHIDUPAN (2)

PENGORBANAN....
Mentalitas pamrih dengan segala bentuknya,
bukan lagi menjadi sebuah rahasia umum
di tengah kehidupan kita.
Istilah "tidak ada yang gratis" dalam hidup ini,
mungkin sudah menjadi sebuah budaya
yang mengkristal dalam spirit hidup banyak orang.
Semua serba ada embel-embelnya,
bahkan sebuah bantuan dan pertolongan pun
menjadi mahal harganya dalam kalkulasi angka.
Oleh karena itu,
prinsip "Tak ada yang Gratis" dalam hidup ini,
semakin mempersempit ruang tempat bagi spirit
kerelaan untuk berkorban demi sebuah "Nilai hidup".

Saat ini, semakin banyak orang berpendapat bahwa
Sikap pengorbanan itu baru dianggap perlu,
bila ada keuntungan yang bisa diraih,
apapun bentuknya. Bila itu tidak ada,
maka tak perlu sebuah pengorbanan itu
karena itu tindakan Irasional.
Yang lebih memprihatinkan lagi adalah :
prinsip ini kemudian mewarnai hampir
di setiap sisi kehidupan manusia,
mulai dari urusan rumah tangga,
hubungan suami-istri dan anak,
urusan cinta dan perasaan,
bahkan sampai pertalian dan hubungan saudara,
semuanya sering didasarkan pada sebuah
mekanisme untung dan rugi.
Berkorban demi itu semua...?
Itu tidak perlu dipertanyakan...!!

Iklim kehidupan kita saat ini,
memang seakan tidak lagi memberi peluang
untuk munculnya spirit yang mengutamakan
semangat Heroisme untuk bersedia berkorban.
Sebaliknya, banyak orang lebih menghayati
untuk selalu terhindar dari situasi itu.
Bahkan lebih daripada itu,
bagi banyak orang di jaman sekarang ini,
sebuah Pengorbanan, apapun bentuknya,
dan apapun motivasi serta tujuannya,
semua itu sering dianggap sebagai sebuah
"Kebodohan"
dan bukti dari "Ketidakberdayaan"
seseorang di dalam menghadapi situasi hidup.
Ironis sekali....


KESETIAAN....
Apapun maknanya,
terminologi Kesetiaan, kini menjadi sebuah
tantangan besar bagi kehidupan kita dimasa kini.

Dunia manusia yang condong untuk tidak
peduli dengan sebuah komitment,
telah menjadikan makna kata yang satu ini
menjadi serba relatif ditafsirkan. Bahkan tidak
jarang ditempelkan dengan berbagai kondisi persyaratan,
yang intinya bersarang pada sebuah keraguan.

Sepasang sejoli yang tengah memadu kasih,
Suami-istri yang membina hidup bersama,
Persahabatan dan pertemanan yang dijalin,
Karyawan yang bekerja di sebuah perusahaan,
Kemitraan kerja yang dibangun bersama,
Pemimpin yang menebarkan janji,
Adalah wahana-wahana dimana Kesetiaan
begitu ringkih dan rapuh untuk bisa dipertahankan.

Semaraknya berbagai kasus "Pengkhianatan" :
Janji-janji yang tak pernah ditepati,
pengingkaran dan penyangkalan atas perkataan,
Kebohongan yang berkolaborasi dengan kemunafikan,
Cinta yang direduksi dalam eksplorasi nafsu dan naluri,
semua ini adalah sebagian dari kenyataan
betapa bibit-bibit ketidaksetiaan begitu subur
dalam kecenderungan hidup manusia,
dengan bentuk dan modusnya yang beraneka ragam.
Dan ini semua telah semakin menenggelamkan
makna dan nilai dari sebuah "Kesetiaan".
Tak heran bila kemudian banyak reaksi yang
sedikit Apatis bahkan Sinis terhadap sebuah Komitment
dan ini merupakan respon akumulatif dari sebuah
keraguan bahwa "Kesetiaan" itu masih ada.


21 April, 2009

LITANI IRONI KEHIDUPAN (1)


KESABARAN...
.
Rasanya kini menjadi sebuah kualitas emosional
yang mahal harganya.
Di tengah kehidupan yang serba cepat dan segera,
dengan motto siapa cepat dia dapat,
bukan saatnya lagi untuk mengedepankan
sikap hati yang dipenuhi dengan Kesabaran.
Setidaknya inilah situasi yang bisa kita temukan
di setiap sudut kehidupan kita..setiap hari.

Mulai dari jalan raya yang padat kendaraan,
kantor-kantor, pusat perbelanjaan, pertokoan,
di dalam relasi apapun bentuknya,
juga di tengah kehidupan rumah tangga,
bahkan di tengah antrian tempat makan terfavorit,
tampaknya "Kesabaran" hanya menjadi milik
orang-orang yang mempunyai kejernihan dan
keleluasaan hati, bukan milik mereka yang
mengumbar "Kebebalan" dan rasa "Egois".
Kemarahan dan Emosi berlebihan,
tampaknya telah menjadi pemandangan
yang biasa kita temui setiap hari.


KEJUJURAN....

Kualitas kepribadian yang satu ini,
telah menjadi "Istilah" yang asing bagi sebagian
bahkan bagi banyak orang di masa kini.
Ia bukan saja banyak menimbulkan pertanyaan
kontradiktif , bahkan juga sering memunculkan
keraguan bernada sinis antipati.
"Masih adakah manusia-manusia dengan
kualitas kejujuran yang tak diragukan
di jaman yang serba "Abu-Abu" dan
penuh dengan "Tipu dan Muslihat"
di masa sekarang ini??"

Begitu kira-kira pertanyaan yang sering
kita dengar meluncur dari banyak bibir.
Dan semuanya merupakan sebuah manifestasi
dari banyaknya kenyataan hidup
yang menampilkan betapa Kejujuran
kini hanya menjadi sebuah
isapan jempol kehidupan semata.
Kalaupun masih ada, itu bukan sebuah
Kejujuran tetapi lebih merupakan sebuah
eksploitasi dari keterpaksaan dan bukan
lahir dari sebuah kualitas hidup.


KEMURAHAN HATI....

Banyak ahli Psikososial mengatakan:
salah satu ciri paling menyolok dari
hidup manusia di masa sekarang ini adalah
bahwa manusia cenderung digiring untuk masuk
dalam sebuah mekanisme pandangan hidup
yang secara praksis lebih mengedepankan
"Keserakahan dan Kerakusan".
Orientasi untuk mendapatkan dan memiliki,
kini telah berkembang menjadi sebuah mentalitas
dengan orientasi "Mengumpulkan dan Menguasai".

Mekanisme management kehidupan,
memang sering cenderung menyediakan situasi
dimana manusia "Harus" selalu merasa Kurang
dengan apa yang sudah ada dan dimiliki.
Dan ini menjadi salah satu tragedi menyedihkan
dari kehidupan sosial manusia di masa kini,
karena iklim ini telah menggilas kesadaran manusia
untuk peka dan peduli dengan yang namanya :
"Berbagi dan Memberi", dan menggantinya dengan
sebuah falsafah budaya baru yang mengutamakan
kepentingan Pribadi.

Di tengah situasi seperti ini,
menjadi pribadi yang Murah Hati,
yang selalu terbuka untuk memberi dan membagi,
rasanya sangat tidak relevan untuk dimasukkan
dalam agenda target kehidupan.
Pasalnya, itu semua akan menghambat
tujuan utama dari falsafah Budaya Kepentingan.

Dan setuju atau tidak,
Kemurahan Hati kini lebih sering dinilai dan
dituduh sebagai sebuah aksi "Life-Show",
untuk menyelubungi motivasi sebaliknya,
dan bukan lahir dari sebuah Ketulusan tanpa pamrih.


KERENDAHAN HATI....

Mengumbar cerita setinggi langit,
dengan bumbu-bumbu kesombongan,
menjadi sebuah hal biasa yang menggejala
di tengah kehidupan kita.
Alasannya sangat simple :
bahwa setiap orang memiliki sifat untuk
meninggikan diri sebagai bukti bahwa
dirinya lebih segalanya dari orang lain.

Dengan mengatasnamakan psikis perasaan
bahwa jangan sampai orang lain merendahkan
dan meremehkan diri kita,
maka bualan kisah dan cerita hebat dengan
segudang lika liku yang mengagumkan,
adalah upaya yang dianggap perlu.
Dan tragisnya,
hal ini dilakukan juga oleh mereka-mereka yang
kenyataan hidupnya dipenuhi dengan kegagalan.

Kalau kesombongan dan keangkuhan,
bisa lahir dari sebuah pencapaian prestasi,
maka sebaliknya, Kerendahan hati,
bukan hasil dari sebuah peraihan,
juga tidak berasal dari sederetan kesuksesan.
Dia terbentuk dari sebuah kedalaman batin,
yang melihat bahwa apa yang dia peroleh
semata-mata bukan atas prestasi dan upaya
yang ia lakukan seorang diri.
Dia sadar bahwa banyak peran-peran
yang terlibat di dalam semua proses itu,
hingga ia memperoleh sebuah "Peraihan".
Dan baginya, kesombongan serta keangkuhan,
adalah sebuah pola yang tidak relevan dan semu.


APABILA......

APABILA SAAT INI,
KAU SEDANG MENGHADAPI

PERSOALAN YANG BELUM TERSELESAIKAN :

Ingatlah bahwa ada banyak orang lain di dunia ini,
yang tengah menghadapi banyak persoalan yang jauh lebih rumit
dari persoalan yang sedang
kau hadapi, bahkan mereka tidak
pernah tahu bagaimana semua itu harus diselesaikan.
Namun mereka tetap menjalani hidup mereka.

Dan ingatlah bahwa TUHAN akan selalu menjadi
Sahabat yang terbaik, yang akan selalu hadir untukmu,
apapun yang terjadi dengan dirimu.

APABILA SAAT INI,
HATIMU TENGAH MERASA SEDIH,
DUKA, LARA, DAN NESTAPA :

Berhentilah untuk menyalahkan orang lain...
Banyaklah mendengarkan dan kurangi bicaramu...
Ambillah waktu untuk sendiri dan merenung...
Sadarilah bahwa situasi hidup tidak selalu berpihak...
Jadikan dirimu lebih rendah hati....
Jangan menilai ataupun menyimpulkan....
Buatlah hatimu tetap tenang dengan tersenyum tulus...
Dan jangan abaikan hal-hal kecil yang bisa kau lakukan.

APABILA SAAT INI,
HATIMU SEDANG KESAL DAN MARAH :

Ingatlah bahwa setiap menit kemarahanmu,
telah melenyapkan satu menit kegembiraanmu.
Tanyakan saja kepada dirimu :
"Mengapa aku harus marah...?"

Waspadalah, bahwa kadang ada orang-orang yang
memang menghendaki dirimu marah,
dan mereka bergembira karena berhasil
membuat dirimu tak terkendali.


DAN APABILA SAAT INI,
KAU TENGAH MENIKMATI KEBAHAGIAAN
DAN KEGEMBIRAAN :

Bersyukurlah kepada Tuhan untuk setiap moment
kehidupan yang boleh kau terima dan alami.
Jalani hidupmu dengan sukacita,
dan jadikan setiap kegembiraanmu,
menjadi kegembiraan pula bagi orang lain.

Dan ingatlah bahwa dirimu begitu spesial,
hingga TUHAN menghadiahkan sukacita bagimu,
dan itu adalah sebuah titipan yang boleh kau nikmati,
namun suatu ketika semua itu akan diambil darimu,
bila kau menyia-nyiakannya.




14 April, 2009

KONTRAS HIDUP.....

Seorang teman,
yang juga seorang wirausahawan yang cukup berhasil,
pernah menyampaikan kepada saya,
bahwa kejujuran tidak lagi menjadi sebuah sikap
yang diminati oleh banyak orang di jaman sekarang ini.

Pasalnya, bercermin dari diri dan hidupnya,
bertahun-tahun dia berpegang teguh
pada prinsip kejujuran di dalam menjalani usahanya,
dan hasilnya? Usahanya berkembang begitu lambat,
hasil tidak sesuai dengan upaya dan harapan,
bahkan pernah nyaris bangkrut dan gulung tikar.
Namun sejak dia mengganti prinsip dengan berpegang
pada spirit "Untung sebesar-besarnya" dengan sedikit
trik dan muslihat, kini dia menimba hasil yang luar biasa.
Dan ia merasa puas dan bangga
dengan kondisinya saat ini,
yang notabene diyakininya sebagai hasil
dari upaya kerja kerasnya untuk menemukan
"Trik dan Muslihat" tadi.

Seorang Sales sebuah perusahaan distribusi,
pernah juga sharing dengan saya mengenai sulitnya
memenangkan sebuah persaingan di dalam memasarkan
produk yang dijalaninya.
Selain karena begitu banyak cara dan metode
yang "Pat Gulipat" untuk menjadikan produknya
tembus di pasaran, urusan "Amplop Komisi",
ternyata menjadi penentu keberhasilan
bahwa produk bisa diterima Konsumen.
Sementara, Management perusahaan tempat dia bekerja,
berpegang teguh pada prinsip dan spirit bisnis
yang dianggap "Konservatif" :
"Produk diterima konsumen karena Kualitas,
bukan karena ada embel-embel lain".

Alhasil, upaya yang "Setengah Mampus",
ternyata belum cukup untuk bisa
menjadikan dirinya berhasil menjual produk.
Dan ini membuatnya menjadi bingung dan frustrasi :
Ternyata pintar menjual saja tidak cukup,
bila tidak ada Muslihat dan Amplop.
Kualitas saja juga tidak cukup
bila tidak ada dukungan embel-embel menggiurkan.

Karena frustrasi, akhirnya ia mulai mencoba
untuk mencari jurus-jurus "Muslihat" yang ampuh,
demi melanggengkan dan menyelamatkan pekerjaannya.
Soal Etika dan Moral, itu hanya sebuah ajaran yang
tidak relevan dipraktekan di tengah situasi kerjanya.

Pada kesempatan yang lain lagi,
saya sempat berjumpa dengan seorang ibu,
yang bekerja pada sebuah perusahaan besar,
yang berorientasi di bidang produk eksport.
Dengan Jabatannya yang cukup lumayan,
sebagai manager Purchasing atau pembelian,
ia mengeluh karena prosedur standart yang
ia jalankan dengan komitment tinggi,
ternyata telah menjadikan dia sosok yang dijauhi
oleh teman-teman sejawatnya.
Padahal tidak pernah sedikitpun dia melakukan
kesalahan dalam tugas pekerjaannya.
Bahkan lebih daripada itu,
tidak sepeserpun keuntungan yang dia "Sabet"
dari pekerjaan dan jabatannya,
meski sebetulnya itu sangat dimungkinkan.


Kebingungannya semakin menjadi-jadi,
manakala dia mengetahui bahwa "Sikap Lurus"
di dalam pekerjaannyalah yang menjadi penyebab
mengapa dirinya dijauhi semua orang.
Akhirnya dia mengambil keputusan
untuk mulai sedikit bertoleransi dengan situasi
yang serba fleksible dan sedikit "Gelap",
bila itu berkaitan dengan peluang mendapatkan
keuntungan lebih yang bisa dibagikan dan dinikmati,
bersama rekan-rekan sejawat.

Lain lagi cerita seorang mahasiswa,
yang sempat bertukar pikiran soal skripsinya
yang sudah satu tahun lebih tidak kunjung rampung.
Persoalannya bukan pada skripsi yang belum selesai,
tetapi dosen pembimbing yang begitu sulit ditemui,
karena alasan banyaknya kesibukan di luar kampus,
entah itu undangan ceramah, mengikuti seminar,
bahkan mungkin juga ada pekerjaan proyek
yang lebih memberi keuntungan besar ketimbang
mengandalkan honor ngajar yang begitu minim.

Akhirnya sang mahasiswa menjadi putus asa,
mengingat hasil skripsinya yang terus menggantung,
tanpa kejelasan kapan bisa selesai dikoreksi.
Ujung-ujungnya, idealisme cita-cita meraih gelar
sarjana S1 dan mendapat pekerjaan dengan segera,
akhirnya menjadi pupus dan pudar.
Padahal tidak sedikit biaya yang telah dikeluarkan
untuk bisa mencapai tahapan skripsi ini.

Dan kini sang mahasiswa lebih banyak
menghabiskan waktunya dengan
nongkrong di sana, nangkring di sini,
dan sibuk dengan segala hal yang bersifat "Having Fun".
Soal skripsi ? Yah tunggu saja sampai sang dosen
tidak lagi sibuk dan sempat mengurus profesinya sebagai
dosen, pengajar, pendidik dan pendamping skripsi,
yang tidak ada duitnya itu.
Lalu, niat untuk segera diwisuda dan mendapat pekerjaan??
Emang Gua Pikirin alias EGP...!!!

Dengan cerita-cerita pengalaman di atas,
saya mau menyampaikan bahwa :
Ternyata bukan hanya hidup yang sulit dipahami,
cara berpikir manusia pun pada kenyataannya,
juga sangat sulit dimengerti...!
Sebagian dari hal ini tampak dari kisah-kisah di atas :
Begitu mudahnya sebuah prinsip dan idealisme bergeser,
dan begitu murahnya harga dari sebuah Toleransi,
sehingga segala hal bisa dikompromikan.
Bahkan urusan masa depan hidup pun
bisa begitu sepele diartikan dan direspon...

Dalam sebuah forum diskusi,
saya pernah menyampaikan bahwa :
kita manusia selalu mempunyai kecenderungan kuat
untuk menjadi pribadi-pribadi yang begitu mudah
bertoleransi dengan sebuah "Penyimpangan".
Dalam situasi dan kondisi hidup
yang terdesak dan terjepit,
manusia bukan saja bisa menjadi sangat kreatif
dengan hidup dan upayanya,
tetapi sekaligus juga bisa menjadi sangat destruktif
terhadap nilai-nilai kehidupan,
bahkan juga tidak peduli terhadap
nilai-nilai Moral dan Kebenaran yang dianutnya.

Dengan mengatasnamakan :
"Keterjepitan" dan "Keterpaksaan",
lalu semua langkah dan tindakan,
seakan menjadi wajar-wajar saja,
bahkan cenderung menjadi "Permisif" alias
"Boleh-boleh" saja meski berkontras dengan
Moral dan Etika, bahkan Nurani sekalipun.

Dengan belajar dari banyak pengalaman orang lain,
saya melihat bahwa dunia kita saat ini adalah
dunia yang dipenuhi oleh orang-orang yang tidak lagi
terlalu peduli dengan apa yang saya namakan :
"Tatanan Nurani ".

Urusan kebenaran, kebaikan, nilai hidup,
bahkan moralitas dan etika, bukan lagi menjadi
sebuah kualitas dan keutamaan hidup yang mutlak
harus dimiliki dan terpancar secara praktis
di dalam kehidupan sehari-hari.
Kalau pun ada, sering itu hanya bersifat formalitas.
Bahkan lebih dari itu,
sering hanya menjadi sebuah motto tanpa jiwa,
karena sesungguhnya, semua itu tak lagi pernah
mendapat tempat tertinggi di dalam praksis kehidupan,
apalagi bila itu berhubungan dengan situasi :
"Keterjepitan dan Keterpaksaan".


SAAT TUHAN BICARA.....

Hari ini...
AKU akan mengambil alih,
seluruh persoalan dan problema
kehidupanmu..
Dan ingat, AKU tidak
membutuhkan pertolonganmu,

untuk menyelesaikan seluruh permasalahanmu.

Dan apabila suatu ketika,
hidup menggiring kamu menuju situasi,
dimana kamu tidak mampu menyelesaikannya,
jangan kau memaksa diri untuk menyelesaikannya.
Serahkan saja semua itu pada-KU.

Semua persoalan yang tak mampu kau selesaikan,
akan AKU selesaikan,
tetapi sesuai dengan cara-KU,
juga saat dan waktu-KU.

Yang AKU minta :
lepaskan semua persoalan itu dari pikiran dan rasa khawatirmu.
AKU hanya butuh bahwa kau percaya pada perkataan-KU,
dan tetap fokus pada segala kegembiraan dan kesempatan,
yang hari ini menghampirimu.

Dan apabila perjalanan hidupmu menemui jalan buntu,
percayalah bahwa pernah ada seseorang,
yang telah mampu melewati itu semua,
dengan caranya yang tak seorangpun bisa memahaminya.

Dan apabila kau mengalami,
bahwa tugas dan pekerjaanmu terasa berat dan sulit,
sadarilah bahwa seseorang telah mampu melewatinya,
dengan perjuangan bertahun-tahun,
dan kini giliranmu untuk melampauinya.

Dan apabila kau mengalami ,
cinta dan kebaikanmu disia-siakan dan diremehkan,
ingatlah seseorang yang pernah mencintai tanpa batas,
namun ia tak pernah mengetahui,
apakah cintanya berbalas dan bersambut.

Dan apabila kau mengalami frustrasi dan putus asa,
sehingga hidup seakan tidak lagi berguna,
bahkan tak tahu lagi hidup itu untuk apa
dan apa tujuan dari hidup ini..?
Tetaplah bersyukur dan berterimakasih,
karena begitu banyak orang yang tidak mendapat
kesempatan untuk hidup lebih lama,
sehingga bisa menemukan jawaban dari semua pertanyaan itu.

Dan apabila hidupmu dipenuhi dengan kebahagiaan,
sukacita dan kedamaian,
ingatlah bahwa pernah ada orang-orang
yang telah menyiapkannya bagimu,
dengan cucuran keringat dan air mata,
hingga kini kau menikmatinya.

Dan apabila kau menyadari akan semua perkataan-KU ini,
serta memahaminya, sehingga hidupmu menjadi berubah,
Ingatlah..sampaikan semua ini,
kepada setiap orang yang kamu jumpai,
dengan bahasa kehidupan yang mampu mereka teladani,
dan dengan sentuhan Kasih yang membuat mereka
tergerak untuk juga memulainya di dalam hidup mereka.

Percayalah,
semua yang kau lakukan ini,
akan mengajarkan kepada mereka,
tentang sebagian dari sebuah "Pandangan Hidup",
yang bisa jadi kamu sendiripun tidak pernah menyadarinya.


MEMILIKI HIDUP....


HIDUP....
bukanlah kisah tentang adil dan tidak adil...
juga bukan berisi sederetan mimpi dan impian,
bahkan juga bukan soal balasan ataupun pamrih.
HIDUP sesungguhnya adalah :
"Apa yang kita kerjakan, yang kita alami dan kita Jalani".


HIDUP memang tidak selalu jelas dapat kita tangkap,
bahkan juga tidak selalu mudah untuk bisa dipahami.
Rencana matang untuk hari esok yang menggembirakan,
pada saatnya sering menjadi sebuah kenyataan
yang mengecewakan dan menyedihkan,
Bahkan tidak jarang mengundang
keraguan dan putus asa :

"Cinta yang bertepuk sebelah tangan...
Kesetiaan yang terkhianati...
Kesabaran yang teraniaya...
Pengorbanan yang tak dihargai...
Perhatian yang tak dipedulikan...
Kejujuran yang menuai cela menyakitkan...
Suami yang egois mencari senang dan menang sendiri,
Istri yang tak menghargai kerja keras suami,
Anak yang melawan dan mengecewakan,
orang tua yang tak mau memahami,
Mertua yang selalu mencela dan mencerca,
Teman yang ternyata berubah menjadi musuh,
Sahabat yang tiba-tiba pergi dan menghilang...."

Semua ini adalah sebagian dari deretan kenyataan
bahwa hidup memang sering tak bisa dipahami.

Kendati demikian,
HIDUP tetap selalu menunggu
dan menanti untuk dijalani.
Ia tetap terbuka untuk sebuah rencana dan harapan,
ia juga menyediakan diri untuk sebuah pilihan,
bahkan juga untuk kegembiraan dan air mata,
pun optimisme dan kekecewaan...

HIDUP tetap setia dari dulu hingga hari ini,
bahkan sampai esok yang tak pernah terpikirkan.
Ia tidak pernah menuntut,
karena ia hanya tahu memberi.
Ia juga tidak pernah berharap,
karena ia hanya menyediakan waktu dan kesempatan.
Ia juga tidak pernah meminta balasan ataupun pamrih,
karena ia hanya bisa menanti untuk dijalani.
Dan bahkan ia tetap setia menunggu,
meski manusia tak menemukan kejelasan dan kepastian,
karena sesungguhnya : "Ia Hanya Ingin Dimiliki".
Maka milikilah Hari ini, bukan hari esok.
Karena bila hari esok tak pernah datang,
kita tak pernah memiliki kesempatan,
untuk Mengucapkan :

"Aku sayang Padamu",
kepada orang-orang yang kita cintai.
"Terimakasih",
kepada mereka yang telah berjasa dalam hidup kita.
"Salam Keramahan",
kepada setiap orang yang kita jumpai.
"Selamat Tinggal",
kepada sebuah perpisahan...
Khususnya "Rasa Syukur",
kepada SANG PENCIPTA yang masih memberi kehidupan.

HIDUP yang kita jalani dan alami,
memang tidak pernah bisa sempurna.
Namun HIDUP saat ini dan di hari ini
menjadi sesuatu yang nyata.
Maka inginkanlah apa yang kini sudah kau miliki,
dan jangan miliki segala apa yang kau inginkan,
karena kita tidak mungkin memiliki semua yang kita inginkan.

Ingatlah saat-saat membahagiakan yang pernah kau miliki,
meski itu hanya sebuah percikan kecil...
Dan tinggalkan saja hal-hal suram,
yang selama ini kau simpan,
dan biarkan itu tertinggal di masa lalu,
meski baru kemarin kesuraman itu datang.

Ingat saja kenyataan ini :
HIDUP bukanlah sebuah kisah tentang adil dan tidak adil,
juga bukan sederetan mimpi dan impian,
bahkan juga bukan sebuah mekanisme
dari hitam dan putih nya perjalanan hidup,
karena HIDUP adalah sebuah kenyataan sekaligus peluang,
dan Ia selalu menunggu untuk dimiliki..
Ini pun bila HIDUP masih dianggap berharga dan bernilai.

01 April, 2009

YANG DILUPAKAN WANITA

Ketika Tuhan Menciptakan Wanita,
DIA lembur pada hari keenam...
Malaikat datang dan bertanya kepada-NYA :
"Mengapa begitu lama Tuhan...?"


Tuhan Menjawab :
"Sudahkah engkau lihat semua detail
yang AKU buat untuk menciptakan mereka?"

"Dua tangan ini harus bisa dibersihkan,
dan setidaknya terdiri dari bagian-bagian
yang bisa digerakkan dan berfungsi dengan baik,
sehingga mampu menjaga banyak anak,
pada saat yang bersamaan...
Dua tangan ini mampu memberikan pelukan ajaib,
yang bisa menyembuhkan
rasa sakit hati dan keterpurukan..."

"Hanya dengan dua tangan ini TUHAN..? Impossible..!"
Gumam malaikat...
"Sudahlah TUHAN, Kita cukupkan dulu hari ini...
besok kita lanjutkan untuk menyempurnakannya..."

"Oh Tidak..AKU akan menyelesaikan ciptaan-KU ini,
karena ini adalah ciptaan favorit-KU...

Oh yah..
dia juga akan mampu menyembuhkan dirinya sendiri,
bahkan juga mampu bekerja 18 jam sehari..."

Malaikat itu mendekat dan mengamati
bentuk wanita ciptaan TUHAN itu.
Lalu Katanya :
"Tapi ENGKAU membuatnya tampak begitu lembut TUHAN.."

Yah..AKU membuatnya tampak lembut,
tapi kau belum bisa membayangkan
kekuatan yang AKU berikan kepadanya,
agar dia mampu mengatasi banyak hal yang luar biasa..."

"Dia bisa berpikir, TUHAN..?", tanya malaikat.

"Bukan hanya berpikir,
tetapi ia juga mampu bernegosiasi..."

Lalu malaikat itu menyentuh
dagu wanita Ciptaan TUHAN itu, dan berkata :
"TUHAN....
KAU ciptakan wanita ini tampak lelah dan rapuh,
seakan terlalu banyak beban yang sedang dipikulnya...?"

"Itu bukan lelah dan rapuh...
itu Air Mata...", Kata TUHAN.

"Untuk apa TUHAN..?", tanya malaikat.

"Air mata adalah salah satu cara baginya,
untuk mengekspresikan kegembiraan dan kebahagiaan,
penderitaan dan kepedihan..".

"Luar Biasa TUHAN...
ENGKAU memikirkan segala sesuatunya secara detail,
pasti wanita ciptaan-MU ini akan sungguh menakjubkan."

"YA MESTI begitu...!
Wanita ini....
akan memiliki kekuatan untuk mempesona laki-laki.
Dia juga mampu menghadapi dan mengatasi beban,
bahkan melebihi kemampuan laki-laki.
Dia juga mampu menyimpan kebahagiaan,
sekaligus kepedihannya sendiri.
Dia mampu tersenyum,
bahkan saat hatinya pedih menjerit.
Dia juga mampu menyanyi,
di saat hatinya menangis dan pilu...
Menangis saat terharu,
bahkan tertawa saat dirudung kecemasan dan ketakutan.

Dia selalu rela berkorban,
demi orang yang dicintainya.
Dia juga mampu berdiri di depan,
untuk melawan ketidakadilan.
Dia juga tak pernah menolak
bila melihat ada sesuatu yang lebih baik.
Dia juga mampu secara total
menerjunkan diri dan hidupnya,
demi keluarga dan anak-anak yang dicintainya.

Bila ada teman atau kerabat yang sakit,
dengan senang hati dia akan menolongnya.

Cintanya Tanpa Syarat...!!

Dia akan menangis ketika melihat
anaknya menjadi pemenang.
Dia juga akan bergembira dan bersorak,
saat menyaksikan pria yang menjadi pendampingnya
meraih kesuksesan dan keberhasilan.

Dia juga akan merasa begitu bahagia,
setiap mendengar tangisan kelahiran.
Namun hatinya akan begitu pilu dan sedih,
bila mendengar berita sakit dan kematian...
Tetapi ia selalu memiliki kekuatan untuk mengatasi hidup.
Dia pun tahu bahwa sebuah ciuman dan pelukan
dapat menyembuhkan hati yang terluka....

AKU ciptakan dia begitu sempurna....

Hanya...Ada Satu Hal Yang Kurang dari Wanita :

...............................


"DIA LUPA.....

BETAPA BERHARGANYA

DIA!"




BAIK HATI

Seorang tukang warung,
suatu hari datang menghadap seorang Guru bijak.
Dengan rasa cemas ia bercerita:
bahwa di seberang jalan persis di hadapan warungnya,
ada orang membuka Toserba yang sangat besar,
yang bisa mematikan usaha warungnya,
yang sudah dirintis bertahun-tahun turun temurun.
Dan kehilangan ini berarti gulung tikar bagi usahanya,
sebab bidang lain ia tidak tahu apa-apa.

Kata Sang Guru Bijak :
"Jika engkau takut dengan keberadaan Toserba itu,
tentu kau akan membencinya,
dan rasa benci itu berarti juga gulung tikar bagi hidupmu".

"Lalu aku harus berbuat apa ?"
Kata si Tukang warung bingung dan cemas.

Kata Sang Guru Bijak :
"Setiap Pagi, keluarlah dari warungmu,
berdirilah di pinggir jalan,
berdoa dan berkati warungmu
agar maju dan sejahtera...
Setelah itu,
berbaliklah menghadap Toserba itu,
berdoalah dan berkatilah juga."

"Apa..??!!!
Berdoa dan Memberkati sainganku
yang bakal menghancurkan aku..?"
Teriak si Tukang warung terkejut.

Kata Sang Guru Bijak :
"Setiap doa dan berkat yang kau berikan,
akan juga berbalik menjadi
berkat dan kebaikan bagimu;

Dan setiap hujat jahat
yang keluar dari hati dan mulutmu,

pun akan berbalik menghancurkanmu".

Selang setelah 6 bulan berlalu,
si tukang warung datang kembali melapor,
bahwa ia akhirnya sungguh-sungguh
harus menutup warungnya,
sebagaimana yang dulu pernah dikhawatirkannya.
........................................
Dan sekarang...
ia sedang mengurus toko serba ada yang sangat besar,
dan penghasilannya pun jauh lebih baik.....



"Baik Hati adalah :
Berkehendak dan berbuat baik bagi diri sendiri,
juga bagi Orang lain..."