Pengikut

29 Maret, 2009

PELUKAN CINTA DALAM KEHIDUPAN

Seorang teman,
setelah berpindah-pindah kerja di banyak tempat,

dengan posisi dan jabatan yang tinggi dan potensial,

tiba-tiba datang dan mengeluh...

Tadinya saya berpikir,
ia sedang mencari penghasilan yang lebih besar...

Namun setelah mendengarkan dengan penuh empati,

teman tersebut ternyata
mengalami kesulitan
dengan lingkungan kerjanya.


Di semua tempat kerja sebelumnya,
ia selalu bertemu dengan orang yang tidak cocok.

Di sini tidak cocok dengan atasan,

di sana bentrok dengan rekan sejawat,

di tempat lain malah diprotes bawahan.

Kalau teman di atas
hobi berpindah-pindah
tempat kerja,
teman yang lain punya pengalaman lain.

Setelah berganti-ganti istri sebanyak tiga kali,

dengan segudang alasan yang berbau tidak cocok,

akhirnya ia merasa capek berganti-ganti pasangan.


Seorang pengusaha yang cukup berhasil,

mempunyai pengalaman yang lain lagi...

Setiap kali menerima orang baru
sebagai pimpinan puncak,

ia selalu semangat dan optimis.
Seolah-olah setiap orang yang baru direkrut,

akan mampu menyelesaikan
berbagai masalah yang ada.

Namun,
baru saja orang tersebut bekerja satu tahun lebih,

mulai tampaklah busuk-busuknya.

Dan akhirnya,
si pengusaha merasa capek
untuk berganti-ganti
pucuk pimpinan di perusahaannya.


Seluruh cerita di atas menunjukkan
bahwa
kalau motif kita mencari pasangan :
entah pasangan hidup
atau partner kerja,
didasari oleh maksud untuk mencari

orang yang cocok di semua bidang,
sebaiknya hal ini dilupakan saja.


Bercermin dari semua inilah,

maka seringkali saya ungkapkan di banyak forum,
bahwa fundamen paling dasar
dari management sumber daya manusia adalah :

"Management Perbedaan".

Yang mencakup dua hal yakni :
Menerima kenyataan adanya perbedaan
dan
mentransformasikan perbedaan
sebagai kekayaan
sekaligus sebuah kekuatan...

Sayangnya...

Meski ide ini tampak sederhana,
namun implementasinya membutuhkan
upaya yang tidak kecil.

Ide ini hanya mungkin terwujud

bila kita tidak menganggap diri
sebagai
burung yang bersayap lengkap,
yang bisa terbang (bisa hidup dan bekerja) sendiri

tanpa ketergantungan dan bantuan orang lain.


Meminjam apa yang ditulis Luciano de Crescendo,
"
Kita semua sebenarnya lebih mirip
dengan
seekor burung yang hanya memiliki sayap sebelah,

yang hanya bisa terbang bila
berpelukan erat-erat dengan dan bersama orang lain.

Tentang hal ini, anda boleh saja berpendapat lain,
namun pengalaman, pergaulan,

dan banyak buku yang saya baca,
menunjukkan dukungan yang kuat terhadap

pengandaian tentang burung bersayap sebelah.


Di banyak perusahaan,

hampir jarang saya menemukan

adanya seorang pimpinan yang berhasil
tanpa memiliki kemampuan untuk bekerjasama
dengan orang lain.


Di Keluarga,
tidak pernah saya temukan keluarga
yang hidupnya bahagia tanpa adanya kesediaan

yang disadari untuk "Berpelukan" dengan
anggota keluarga yang lain.


Di tingkat pemimpin negara,

orang sehebat Nelson Mandela
dan Kim Dae Jung pun

bahkan mau berpelukan bersama dengan
orang-orang
yang dahulu pernah menyiksanya
dan menjebloskannya ke dalam penjara.

Lebih-lebih, kalau kegiatan berpelukan ini

dilakukan dengan penuh Cinta..

Ia tidak saja mampu merubah sesuatu
yang tidak mungkin menjadi mungkin,

metransformasikan kegagalan menjadi keberhasilan,

namun juga mampu menjadikan hidup

tampak indah dan menyenangkan.

Dan ini yang menjadi alasan mengapa penulis buku
Chicken Soup For the Couple soul
menyatakan bahwa :
"Cinta adalah Rahmat Tuhan yang paling Besar".

Demikian besarnya makna dan dampak cinta,

sampai-sampai ia tidak bisa dibandingkan dengan apapun.

Maka rugi besarlah manusia
yang tidak pernah mengenal dan mengalami cinta.

Ia seperti pendaki gunung
yang tidak pernah sampai di puncak..
Capek, lelah, penuh perjuangan,

namun semuanya sia-sia.


Ini semua telah mengajarkan kepada saya,
untuk selalu hidup dengan pelukan cinta...

Di pagi hari,
ketika baru bangun dan membuka jendela,
saya senantiasa berterimakasih
atas hari yang baru dan indah,
dan berusaha mencari-cari lambang cinta

yang bisa saya peluk.
entah itu pohon-pohon di halaman,

atau ikan-ikan di kolam,

atau suara anak-anak yang tengah asyik

menonton film-film kartun.


Begitu kita keluar dari kamar tidur,

akan indah sekali rasanya hidup ini,

kalau kita bisa mencium anak
atau memeluk istri (atau suami).


Melihat burung-burung yang memakan nasi,

yang sengaja di letakkan di bawah pepohonan,

ternyata juga menghasilkan pelukan cinta tersendiri.


Demikian juga saat di kantor,

Tentu godaan memang banyak sekali,

Dari keinginan untuk marah, rasa tertekan dan stres,

rasa frustrasi, egoisme,
bahkan sampai nafsu untuk memecat orang,

Namun begitu kita ingat akan karyawan dan karyawati,

yang bekerja dengan keras disertai dengan ketulusan,

serta menghitung-hitung,
berapa jumlah perut yang tergantung
dan berharap
dari kelangsungan hidup perusahaan,
tiba-tiba muncul energi pelukan cinta,
yang datang entah darimana....

Tuhan memang tidak pernah
menciptakan manusia yang sempurna,

Kita selalu lebih di sini,
dan kurang di sana,
atau sebaliknya...
Kesombongan dan keyakinan berlebihan,
yang menganggap bahwa kita bisa sukses
seorang diri
tanpa bantuan orang lain,
hanya akan membuat kita bernasib sama

dengan burung yang bersayap sebelah,

namun berusaha untuk bisa terbang.


Sehebat dan sekuat apapun kita,
tetap kita hanyalah seekor burung yang bersayap sebelah.

Belajar, berjuang, berdoa, bermeditasi,
atau sekeras apapun kita berupaya,

semuanya akan diakhiri dengan kenyataan
bahwa kita hanyalah seekor burung bersayap sebelah.


Oleh karena alasan ini semualah,
saya selalu berpesan
untuk selalu memulai kehidupan
setiap hari
dengan sebuah "Pelukan".

Entah itu memeluk anak, memeluk istri,
memeluk suami, memeluk kehidupan,
memeluk alam semesta, memeluk Tuhan..

atau di kantor memulai kerja
dengan "memeluk" (menjabat tangan) orang lain....



Tidak ada komentar:

Posting Komentar