Pengikut

19 Januari, 2009

KEMANA PERGI...

"KEMANA ENGKAU PERGI..."

Tiga kata ini begitu lekat di ingatan saya. Entah mengapa, yang jelas, kata-kata ini mengingatkan saya pada sebuah lagu yang dikarang oleh "Seseorang", yang saat ini saya yakin sudah berbahagia beristirahat di "sana", nun jauh di mata, namun senantiasa hadir begitu dekat di hati melalui kata-kata yang ia gores dalam syair lagunya. Syair yang di gubahnya begitu dalam dan sarat dengan permenungan soal sebuah "Pencaharian".

"Kemana Engkau Pergi..Hidup Kian Kosong Sepi...
Lama kumencari Hati yang Mau mengerti..."

Begitu kalimat lengkap bait pertama dari lagu itu. Deretan kata-kata ini begitu menyerap di hati hingga saat ini, padahal saya mendengar untuk pertama kalinya sekitar 20 tahun yang lalu. Anehnya, sampai sekarang, aku tidak tahu siapa pribadi yang tengah mencari, yang hendak diwakilkan oleh kata-kata di dalam kalimat ini; Dirinya kah..? atau Seseorang yang lain kah ? Entahlah...Hanya satu yang aku tahu, sebagian kata-kata dari syair ini tampaknya merupakan ungkapan dari sebuah : "Kegelisahan".

PENCAHARIAN Dalam KEGELISAN

PENCAHARIAN... Konon katanya, hidup setiap manusia itu juga merupakan rangkaian dari sebuah "Pencaharian". Pencaharian yang tiada henti akan "sesuatu." Tampaknya, yang konon katanya ini, bisa jadi benar. Sadar atau tidak, hari-hari yang kita geluti, dulu hingga sekarang, sejak matahari terbit hingga lembayungnya tenggelam di ufuk Barat, sesungguhnya merupakan sebuah rangkaian manifestasi dari banyak kenyataan bahwa kita adalah manusia yang memang sedang dan selalu "Mencari". Apa atau Siapa sebetulnya yang kita cari, memang tidak terlalu mudah untuk bisa dijawab. Namun kalau kita boleh bercermin pada detail-detail perjalanan kita dari hari ke minggu, dari minggu ke bulan, dari bulan ke tahun, rasanya tidak mungkin tidak ada sesuatu yang tengah kita cari untuk kita temukan. Rutinitas kesibukan kita, kerja keras kita, kelelahan dan keletihan kita, perjuangan kita dengan segala pengorbanan tenaga, pikiran, bahkan perasaan dan harga diri...rasanya tidak mungkin semua itu kita lakukan dengan tanpa ada satu alasan pun. Dan mungkin juga, melanglang dalam dunia maya, dengan pernak dan perniknya yang unik, bahkan juga disertai dengan pengorbanan waktu, pikiran dan tenaga yang mungkin tidak sedikit, bisa jadi juga merupakan bagian dari sebuah mekanisme alam bawah sadar kita yang sedang dan selalu "Mencari".

Apa atau Siapa sebetulnya yang tengah kita cari di tengah segala "Kerepotan" hidup yang sedang kita jalani ini? Pertanyaannya memang sangat sederhana, namun sayangnya, jawabannya bukan persoalan yang gampang. Bahkan mungkin, saat ini kita tidak siap bila harus menjawabnya. Atau jangan-jangan, kita sendiri pun tidak tahu, Apa atau Siapa sebetulnya yang tengah kita cari di dalam hidup ini, meski semuanya sering kita lewati bukannya tanpa perjuangan, bahkan juga dengan segudang resiko dan konsekuensi... Namun pertanyaan ini tetap harus dijawab karena ia menjadi sebuah pertanyaan yang tinggal begitu dekat bahkan selalu bersentuhan dengan diri, hidup dan keseharian kita.

KEGELISAHAN..... Mungkin terdengar sedikit "Melo" kalimat syair di atas. Atau bahkan seakan menyiratkan sesosok pribadi yang tengah merana di dalam kerinduan. Rindu "Sesosok" lain yang bisa Mengerti dan Memahami, namun tak kunjung ditemukan dalam pencarian, hingga berakibat hidup dirasa semakin kosong dan sepi.. Kegelisahan, mungkin kata yang paling lengkap untuk melukiskan kondisi ini. Kegelisahan adalah situasi dimana seseorang sampai pada sebuah titik kenyataan bahwa ada hal yang jauh lebih penting selain hal-hal penting lainnya, yang semestinya ia kejar dan ia peroleh, namun tak kunjung mampu diraih. Kegelisahan muncul manakala orang tahu apa sebetulnya yang ia butuhkan, tetapi ia tidak tahu bagaimana itu bisa terpenuhi. Dan ia seakan berdiri seorang diri menghadapi kenyataan ketidakmampuannya, disertai keinginan dan kerinduan yang tetap dan terus berkobar. Dalam situasi ini, maka perasaan kesendirian, kosong dan sepi akan menjadi kondisi emosional yang cocok untuk menggambarkan suasana hati. Dan dalam arti ini juga, tak dapat dipungkiri bahwa kegelisahan di sini langsung bersinggungan dengan “Makna” dan “Nilai” dari sebuah “Relasi”. Persis sebagaimana yang tersurat dan tersirat di dalam syair lagu di atas : “Hidup Menjadi Kosong dan Sepi…”. Memang, Kegelisahan juga bisa disebabkan oleh kesadaran akan ketidaktahuan kita atas apa sesungguhnya yang kita inginkan dan harapkan di dalam hidup kita saat ini, juga esok mendatang. Namun untuk yang terakhir ini, hidup lalu akan dirasakan dan dialami sebagai sebuah kenyataan yang rumit dan kompleks, kacau dan membosankan, bahkan tragis dan ironis.

Kembali pada Kegelisahan di dalam konteks “Relasi” di atas. Kesendirian, memang bukan sebuah situasi menyenangkan bagi sebuah pengalaman hidup. Dan Pada kenyataannya juga, kita memang bukanlah manusia yang hanya bisa hidup dari dan bagi dirinya sendiri. Banyak kenyataan terpampang dan terpapar di seputar kehidupan kita, bagaimana akhir dari perjalanan hidup seorang manusia yang terjebak dalam situasi kesendirian, tanpa teman dan sahabat, tanpa sapa dan tegur, bahkan juga tanpa cinta dan kehangatan. Semuanya berakhir dalam tragedi kemeranaan. Pengalaman “Kematian” yang tak terduga misalnya, dimana kemanisan hidup bersama seseorang yang dicintai dan begitu berarti dalam hidup, yang sekonyong-konyong direnggut sekejap dari kehidupan kita, tentu bisa menjadi salah satu kenyataan yang bisa mewakili betapa “Keterputusan” dengan seseorang yang begitu berarti akan membawa duka dan kekosongan dalam hidup kita. Atau sebuah persahabatan yang terjalin begitu indah, dengan kurun waktu yang tidak singkat, tiba-tiba harus kita lepaskan karena tuntutan tugas dan semacamnya, yang berakhir dengan kenyataan keterpisahan jarak tempat yang jauh, tentu mempunyai makna sendiri soal arti dari sebuah Relasi. Ironis memang, tetapi itulah kenyataan yang menyiratkan betapa sebuah hubungan “Relasi” begitu “Mengkodrati” diri dan kehidupan manusia, hingga kita atau siapapun manusia merasa patut untuk memperjuangkan dan meraihnya. Ini juga berarti, Relasi memiliki arti yang sangat penting hingga banyak orang rela mengurbankan apa saja demi sebuah relasi, apalagi bila itu memberikan nilai bagi kehidupan pribadinya secara nyata. Maka tidaklah mengherankan, apabila sebagian besar manusia sepakat bahwa Ketidakmampuan seseorang untuk bisa mengalami dan meraih ini semua, berarti kehampaan dan kekosongan. Dan "Kegelisahan" sering menjadi bayangan yang selalu berkecamuk secara emosional di dalam pikiran.

DI TITIK AKHIR PENCAHARIAN.

“Seseorang” dengan syair lagunya di atas, bisa jadi mewakili dari sekian banyak orang yang juga tengah “Mencari” dengan segala kegelisahan. Mungkin, termasuk juga saya, aku, anda, dan kita semua. Bedanya adalah kita semua masih melanglang dalam Pencaharian di tengah dunia pengembaraan ini, sementara dia “Seseorang” itu, sudah sampai pada puncak titik akhir dari pencahariannya. Dan saya juga yakin, ia pun kini sudah berjumpa dengan “Sosok” yang selama ini dinanti dan dirindukannya. Kurang lebih 8 tahun yang lalu, ia “Seseorang” itu, ditemukan "Tertidur Tenang" di sebuah taxi yang ditumpanginya, dan ia tak pernah bangun lagi…... Sebuah akhir dari Misteri Pengembaraan di dalam Pencaharian…
Kembali pada pertanyaan : Lalu bagi kita, Apa dan Siapa sesungguhnya yang tengah kita cari di tengah hiruk pikuknya kehidupan yang sedang kita jalani ini? Sebuah pertanyaan yang tidak perlu kita jawab saat ini. Seiring dengan perjalanan waktu, biarkan segala usaha dan kerja keras kita di dalam keseharian rutinitas hidup kita, menjadi wujud dari sebuah upaya pencaharian kita. Tentu dengan sebuah kesadaran : Suatu saat, tepat pada waktunya, jawaban itu akan meluncur dari mulut kita, yang membual dari sebuah pengalaman dan kedalaman hidup kita...
Semoga....!!!
"Menoreh Diri, berarti membuka hidup..
membuka hidup, berati juga membangun kehidupan...
Dan Relasi adalah inti dari semua kehidupan.."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar